Pentingnya Berdzikir Bagi Seorang Muslim

Hiruk pikuk dunia memang rentan membuat hati seseorang gampang goyah, labil pendirian dan mudah berubah-ubah. Itupun tidak pandang usia, entah itu anak muda atau orang tua. Wajar saja kalau memang begitu, sebab karakter hati memang mudah terbolak balik sebagaimana pengambilan maknanya dari kata qolbu yang berasal dari masdar (kata kerja) taqollabu yang memiliki arti terbolak-balik versi bahasa Arabnya.

Tidak sedikit perilaku dan gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh suasana hatinya, hati yang mudah terpengaruh oleh keadaan yang tidak memihak, bisa disebabkan karena sakit hati (disakiti), bisa juga karena kecewa sebab harapan dan keinginan yang tidak kunjung terkabul, bahkan gagal di waktu yang dini.

Tidak hanya itu, justru penyakit hati sangat sulit terdeteksi, karena banyak orang yang tidak merasa alias kurang sadar apakah sudah benar yang ia pikirkan dan jalankan. Selain itu, penyakit hati juga sulit untuk diobati bila dibandingkan dengan penyakit jasmani yang telah bersarang di badan, karena hanya dengan diagnosa dokter dan alat medis penyakitnya mudah  ditebak atau diketahui jenisnya.

Contoh-contoh penyakit hati, seperti sombong, ujub, ria, sumah, iri, dengki dsb. Ironisnya, penyakit-penyakit inilah yang memiliki pengaruh besar untuk merusak akal, akhlak, hingga akidah seseorang muslim yang tidak berdaya menghadapi germelapnya zaman. a‘uzdubillah min zdalik.

Maka dengan demikian, termasuk bentuk penghambaan seorang mukin adalah bagaimana  ia bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Diantara cara pendekatan ialah melalui berzikir, entah itu zikir bilisan (dengan lisan), bilqolbi (dengan hati) maupun bilarkan (dengan perbuatan). Sehingga dengan cara ini ia sebagai mukmin mampu membentengi hati dan dirinya dari afat-afat (kerusakan-kerusakan) hati, godaan nafsu setan; dan ia juga dapat meraih kedudukan yang spesial di sisi Allah Swt.

Ayo kita sempatkan zikir, meskipun tidak bisa melanggengkan zikir setiap saat, cukup dengan sebentar saja merapalkan zikir sehabis salat lima waktu. Tidak perlu lama-lama, meskipun sebentar dengan istikimah maka lebih baik daripada durasi lama tapi tidak konsisten atau istikamah. Wallahua’alam.

Dalil-dalil Zikir

Sesungguhnya zikir[1] adalah kalam tayib yang mampu beranjak naik ke hadirat Allah Swt.  dan zikir juga merupakan amal saleh yang dapat diterima Allah Swt. karena zikir yang menggunakan hati dengan menghadirkan lafal-lafal serta makna-maknanya adalah perintah Allah terhadap Nabi Musa alaihi salam, perintah dengan bentuk salat yang didirikan dalam rangka ritual berzikir (ingat Allah), hal itu sebagaimana firman Allah Swt. dalam Alquran yang ditujukan kepada beliau Nabi Musa a.s.,

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا فَاعْبُدْنِيْ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (Thaahaa: 14)[2]

Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk beruswah (mengikuti) kepada petunjuk para Nabi dan Rasul sebelumnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam kitab-Nya,

اُولٰىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْ

Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al An’aam: 90)

اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (Al Anbiyaa’: 90)

Zikir bukan sekedar ritual tambahan, akan tetapi zikir adalah ritual pokok dalam hidup seseorang, karena zikir adalah media seorang hamba terhadap rabnya, sehingga jangan sampai putus hubungan itu, kapanpun dan dimanapun. Dengan demikian zikir itu penting, sehingga Allah mengingatkat Nabi-Nabi-Nya jangan sampai lupa atau tidak berzikir. Mengenai hal ini Allah Swt. berfirman kepada Nabi Musa dan Harun alaihima salam yang telah terekam dalam Alquran,

وَلَا تَنِيَا فِيْ ذِكْرِيْ

Dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku. (Thaha: 42)

Implimentasi zikir juga tersyarakkan dalam doa Nabi Musa yang meminta kepada Allah Swt, doa yang kalamkan Allah dalam Alquran karim pada Surat Taha: 29-35,

وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ هٰرُوْنَ اَخِى ۙ اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ  اِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيْرًا

Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak mengingat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami.” (Taha: 29-35)

Sudah seharusnya bagi kita, seperti ulama pengajak (pendakwa)mke jalan Allah Swt. kader-kader ulama, para pencari ilmu (santri) dan orang mau belajar agama _lebih-lebih bagi orang-orang selain dibidang itu_ untuk mengikuti (itibak) pada Rasulullah Saw. yang selalu berzikir di setiap waktu dan selau memperbanyak bacaan Alquran di dalam salat-salat wajib maupun salat-salat sunahnya, khususnya di dalam salat malam dan salat fajarnya. Sebagaimana firman Allah Swt.,

وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا

Dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra’: 78)

Messkipun seorang Nabi yang terjaga dari perbuatan maksiat, Nabi Muhammad Saw. selalu meminta ampun (istigfar) kepada Allah Swt dalam setiap hari sebnyak 100 kali. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya,

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِيْ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Siapa yang mengucapkan Subhanallah wa bihamdih dalam sehari seratus kali maka kesalahan-kesalahannya dihapuskan meskipun seperti buih lautan”.[3]

Perlu diketahui, termasuk kategori zikir dalam rangka mengagungkan Allah Swt ialah zikir dengan berselawat (membaca sholawat) yang dihaturkan kepada junjungan Nabi besar kita Baginda Muhammad Saw. karena sholawat kepada Rasul adalah urusan dan perbuatan Allah, begitu juga para malaikat-Nya, dan ironisnya lagi, Allah juga memerintah hamba-hambanya yang mukmin untuk berselawat Nabi-Nya yakni Nabi kita Muhammad Saw. jadi selawat tidaklah lain sebagai senjata seorang mukmin untuk bermunajat dan takarub kepada Allah sebagaimana zikir sebagai doa. Mengenai hal ini Allah Swt. berfirman,

إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمَا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi.[4] Wahai orang-orang yang beriman  berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.[5] (Al Ahzab: 56)

Alangkah beruntungnya bila kita semua bisa melaksanakan perintah Allah, yakin perintah yang tertuang dalam firman-Nya untuk mengagungkan dan memuliakan Nabi-Nya yang agung dan mulia, sayidina Muhammad Saw., karena pengagungan dan pemulaiaan kepada Nabi Saw. adalah bentuk inadah kepada Allah Swt, dan media takarub kepada-Nya Jalla Jalaluhu, tidak sebagaimana yang disangka orang-orang Wahabi[6] (salafi) bahwa takdim dan takrim kepada Nabi Muhammad adalah perbuatan syirik besar (kufur). Kami berlindung pada Allah Swt dari penyebaran akidah mereka yang sesat menyesatkan dalam hati-hati kita, keluarga, dan anak-anak kita dengan kedudukan sayidil Mursalin sayidina Muhammad Saw. Wallahu’alam.

 

Ket: Disari dari kata pengantar guru penulis Syaikh Abdur Rauf Maimoen, putera Syikhina Maimoen Zubar rahimahullah dari kitab Nubzdatul Anwar.

Oleh: Ahmadul Hadi

 

_________________________

[1] Zikir menurut KBBI adalah pujian-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Atau arti lain yaitu doa atau pujian-pujian berlagu (dilakukan pada perayaan Maulid Nabi).

[2] Tafsir Ringkas Kemenag RI

Wahai Musa, ketahuilah sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tuhanmu, dan sungguh tidak ada tuhan pencipta alam raya yang layak disembah selain Aku, maka berimanlah kepada-Ku, sembahlah Aku, dan laksanakanlah salat untuk mengingat-Ku dan bersyukur kepada-Ku.” Inilah prinsip pertama akidah, yaitu keesaan Tuhan.

[3]  Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, dan imam Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah r.a. Imam Al-Alqami sebagaimana dikutip oleh imam An-Nawawi dalam kitab Tanqihul Qaul menjelaskan bahwa maksud subhanallah adalah menyucikan Allah dari semua sifat yang tidak patut/layak bersanding dengan-Nya.

[4] Selawat dari Allah berarti memberi rahmat; dari malaikat memohonkan ampun dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa agar diberi rahmat seperti dengan perkataan, Allãhumma salli ‘alã Muhammad. (Cordova Al-Quran dan Terjemah)

[5] Dengan mengucapkan perkataan seperti Assalamu’alaikum ayyuhan Nabi, artinya semoga keselamatan kepadamu, wahai Nabi. (Cordova Al-Quran dan Terjemah)

[6] Aliran (sesat) reformasi konservatif Islam yang berkembang dari dakwahmseorang teolog muslim Arab Saudi pada abad ke- 18 yang bernama Muhammad bin ‘Abdul Wahab. (KBBI V)