Pengertian Sifat Sombong dan Ujub

Pengertian Sifat Sombong Pemudatanbihun.Com membanggakan diri – merupakan sifat Iblis. Keduanya mempunyai makna yang berbeda, dengan sedikit persamaan. Tutur yang saya dapat dari beliau K.H Maimoen Zubair pada saat ngaji kitab Ihya’ Ulum ad Din, “Iblis dapat dikatakan ujub juga bisa dikatakan sombong dalam masa atau waktu yang berbeda, ia mempunyai sifat ujub ketika Nabi Adam as. belum diciptakan, dan ia memiliki sifat sombong setelah Adam as. tercipta”.

Dari keterangan di atas, kita dapat membedakan antara sifat sombong dan sifat ujub. Sombong adalah suatu sifat yang membuat seseorang merasa tinggi di atas orang lain, dalam menyandang kesempurnaan. Dan tidak dinamakan sombong, jika seseorang merasa dirinya sederajat atau di bawah derajat orang lain.

Pengertian Sifat Sombong

Pengertian Sifat Sombong

Seperti menghina orang dengan merasa dirinya lebih rendah dari orang yang dihina atau merasa sederajat dengannya, hal itu tidak dinamakan sombong.

Oleh karena itu Iblis memiliki sifat sombong sebab ia merasa lebih mulia daripada Adam as. yang dilihat dari nasab (asal kejadian), sebagaiman firman Allah swt. dalam surat Shad ayat 76,

قَالَ أنا خَيْرٌ منْه خَلَقْتَنِي مِن نَار وَخَلقتَهُ مِن طِيْنٍ

Artinya: Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya (Adam as.), karena engkau ciptakan aku dari api, sedang dia engkau ciotakan dari tanah”.

Sedangkan sifat Ujub atau membanggakan diri adalah sifat yang membanggakan diri sendiri yang terdapat dan bersemayam di hati seseorang. Dan boleh jadi, jika Iblis diciptakan sendirian berpotensi membanggakan diri alias ‘Ujub. Dan hal ini dipertegas oleh dawuh yai Maemoen, “bahwa Iblis memiliki sifat ujub sebelum terciptanya Adam as”.[1]

Seperti yang kita ketahui, bahwa kita tidak boleh bersifat sombong karena sombong adalah sifat Iblis, akan tetapi ada pencecualian jika terdapat sebab atau alasan yang pasti. Sombong itu dilarang oleh islam, kecuali menyombongi orang yang sombong. Sebagaimana disampaikan oleh Rosulullah SAW  dalam sebuah hadis;

قال رسول الله ص.م. : اذا رأيتم المتواضعين من امتي فتواضعوا لهم, واذا رايتم المتكبرين فتكبروا عليهم, فان ذالك مذلة لهم وصغار

Artinya: Rosulullah SAW bersabda: “Apabila kamu sekalian melihat ummatku yang rendah diri, maka bersikaplah rendah diri pada mereka. Dan apabila kamu sekalian melihat orang-orang yang sombong maka bersikaplah sombong pula pada mereka. Sesungguhnya kesombongan itulah yang menyebabkannya lebih terhina dan lebih kerdil”.[2]

Mengenai menyombongi orang yang sombong, dalam kitab Faidhul Qodir 4/277  terdapat  atsar, seperti berikut;

وفي أثر: الكبر على المتكبر صدقة لأن المتكبر إذا تواضعت له تمادى في تيهه وإذا تكبر عليه يمكن أن ينبه

Artinya: Dan dalam atsar : “menyombongi orang yg sombong adalah sodaqoh, karena sungguh orang yg sombong ketika anda tawadhu’ padanya maka dia akan nglamak (bertambah) dalam keangkuhannya. Dan jika anda menyombonginya maka  mungkin kesombonganmu menjadi peringatan (nasihat) baginya.[3]

Hal ini dilakukan agar orang yang sombong merasa bahwa dirinya sombong sehingga ia bermuhasah atau mengintropeksi dirinya untuk lebih baik dalam berperilaku bermasyarakat yang tidak menyakiti dan mendzalimi sesama manusia.


[1] Ihya’ Ulum ad Din Al Ghazali

[2] Ibid.

[3] Faidhul qodir

wikipedia