Isu lingkungan yang sekarang ini bertebaran di berbagai media sosial, memberitahukan kepada kita bagaimana keadaan lingkungan yang memprihatinkan dan semakin hari bertambah rusak lagi parah. Diantaranya adalah sampah plastik yang bergentayangan dan mencemari lautan, gunung es antartika yang meleleh dengan kecepan tertinggi dalam sejarah yang diakibatkan oleh suhu panas yang akhir-akhir ini meningkat tajam, dan hutan yang menggundul dan kehilangan fungsinya dan lain-sebagainya. Lingkungan yang telah rusak, tidak dapat menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Lautan sebagai sumber ikan terbesar secara berangsur mengurangi stok ikan. Gunung es antartika, dengan kapasitanya menyimpan air dalam gumpalan-gumpalan esnya, mulai menagis dan mengalirkan air mata sehingga volume air laut meningkat dan membanjiri kawasan pesisir laut. Begitupun hutan yang bertugas menyediakan oksigen, memangkas jatah oksigen sehingga dunia semakin panas.
Keseimbangan alam terganggu yang kemudian melahirkan berbagai masalah bagi manusia dan mengancam keberlangsungan eksistensi manusia itu sendiri. Padahal alam diciptakan oleh Tuhan adalah sebagai solusi bagi permasalahan manusia. Manusia butuh tempat untuk berteduh dan alam menyediakan bahan untuk membuat rumah. Manusia butuh makan dan minum, alam pun mencukupi kebutuhannya. Lantas mengapa alam mulai membelot dan meninggalakan tugas pokok untuk manusia?. Jawabanya adalah manusia sewenang-wenang dalam menggauli alam, karena berdalih sebagai wakil Tuhan di bumi serta melalaikan tanggung jawab atas pelestarian alam.
Melalui kemuliaan-Nya, manusia diciptakan di bumi atas dasar dimuliakan. Sebagai bukti bahwa manusia dimuliakan adalah penghamparan rahmad-Nya berupa pemberian berbagai fasilitas yang mendukung keberlangsungan hidup manusia. Memanfaatkan fasilitas yang tersediakan, merupakan hak manusia dalam menjalani hidup di dunia. Selain hak, manusia juga mengemban tanggung jawab berupa tugas pengabdikan hidupnya untuk Tuhan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bagaimanapun juga perusakan lingkungan adalah tindakan tercela. Oleh karena itu, manusia didapuk oleh Tuhan sebagai khalifah di bumi yang diinformasikan dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 30. Mengenai tugas manusia sebagai khalifah, Kiai Sahal Mahfudz membagai tugas manusia menjadi dua bagian, yakni tugas Ibadatullah dan Imaratulard. Klasifikasi ini berdasarkan pada ibadah mahdzah dan ghairu mahdzah. Jika ibadah mahdzoh seperti shalat dan puasa maka disebut sebagai tugas Ibadatullah dan apabila ibadah ghairu mahdzoh termasuk merawat dan menjaga lingkungan disebut dengan tugas Imaratulard.
Tugas manusia sebagai khalifah dalam bentuk imaratulard adalah menjaga, merawat dan memelihara lingkungan dengan baik sebagai wujud kompensasi atas hak memanfaatkan lingkungnan. Menjaga kebersihan dengan membungan sampah pada tempatnya, mengaliran air selokan yang mampet, membuat penghijauan dengan memanfaatkan lahan kosong adalah contoh kecil pelaksanaan tugas Imaratulard.
Mengingat keadaan lingkungan yang semakin memperihatinkan, maka perlukiranya untuk memelihara lingkungan dengan berkomitmen pada diri sindiri untuk melakukan apa yang sanggup dilaksanan, sebagai upaya penyelamatan lingkungan. Orientasi pada hasil maksimal (bukan proses) sering mencebak manusia dalam kubangan ketaacuhan (tidak mau tahu). Seperti orang yang berpemahaman, “bahwa merawat lingkungan agar mencapai hasil maksimal haruslah dikerjakan bersama-sama”, orang seperti ini biasanya acuh dan tidak akan bertindak merawat lingkungan jika persyaratan kolektif tidak terpenuhi. Memang pemahaman tersebut dapat dinilai benar, namun persyaratannya begitu berat untuk dipenuhi. Jika syartat kekompakan itu tidak terpenuhi, lantas kapan lingkungan itu akan dirawat. Dengan demikian, memulai kebaikan untuk lingkungan dari diri sendiri walaupun hasilnya kurang maksimal, haruslah diupayakan dan diniatkan untuk menjalani tugas kekhalifahan di bumi.
Pada umumnya, masyarakat akan tergerak untuk melakukan sesuatu jika terdapat pemantik yang berani memulai kebaikan. Oleh karena, memulai dari diri sendiri untuk merawat lingkungan merupakan hal yang paling relevan dan efektif walaupun kecil manfaatnya. Sebab dari kecil itulah pergerakan –dalam hal ini gerakan lingkungan- akan tumbuh menjadi besar dan lebih kentara manfaatnya. Dan juga dengan melakukan semampunya dalam merawat lingkungan, setidaknya tidak ikut memperparah kondisi lingkungan.
Bagaimanapun juga, merawat, memelihara dan menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan adalah tugas Ilahiyah. Sebaliknya, merusak, mengeksploitasi secara berlebihan dan memperkosa lingkungan adalah tindakan tercela. Termasuk memperkosa lingkungan adalah membiarkan dan acuh terhadap kerusakan lingkungan. Manfaat tugas Ilahiyah -merawat lingkungan- tidak lain adalah untuk menjaga fasilitas pemberian Tuhan agar tidak kehilangan fungsinya yang kemudian dapat dinikmati manusia itu sendiri. Melalaikan tugas Ilahiyah sama-dengan menolak untuk menikmati fasilitas pemberian-Nya dan menjeremuskan diri dalam jurang kepayahan dan kesulitan.