Dakwah: Memuliakan Manusia

Dalam menjalani hidup ini, manusia tidak akan terlepas dari interaksi dengan orang lain. Melalui kominikasi, manusia dapat menjalin hubungan dengan manusia atau masyarakat. Hubungan yang dijalin antar manusia bukan hanya sebatas dhahir, namun lebih jauh lagi yakni hubungan secara batin. Hal ini, terbukti adanya penilaian manusia sebagai sabjek terhadap perilaku orang atau masyarakat yang menjadi obyek.

Penilaian yang dialakukan manusia adalah bagian dari komunikasi yang akan mempengaruhi alur cerita dari sebuah interaksi. Melalui hasil penilaian yang dilakukan manusia sebagi sabyek terhadap manusia lainnya yang menjadi objek, seorang sabjek akan menentukan perilaku dan menyesuaikan diri dengan obyek yang dihadapinya. Hal ini, dilakukan agar tidak terjadi masalah dalam interaksi yang dilakukan.


Interaksi antar individu tidaklah semuanya lancar sehingga tidak terjadi masalah. Malahan tidak jarang melalui interaksi, antar individu menemukan masalah bahkan sampai ketingkat konflik yang disebabkan oleh kepetingan yang berbeda atau perebutan sesuatu yang dianggap berharga. Dengan sebab seperti itu, terkadang manusia mengutuk dan menganggap orang yang bersebrangan dengannya sebagai orang yang ahli neraka.


Apalagi di era komunikasi seperti sekarang ini yang terfasilitasi oleh teknologi, komunikasi menemukan mementum dalam melebarkan area jangkuannya dan semakin gencar lagi masif dalam penyebaran informasi, sehingga membuka kran bagi bertemunya berbagai pendapat yang berbeda yang saling berhadapan. Melalui perdebatan yang bercorak apologis, para pengikut sebuah pendapat bertahan dan menyerang, menjatuhkan dan melumpuhkan pendapat lain.


Penghakiman atas orang lain yang berbeda pendapat ataupun perilaku dengan mengecap sebagai manusia ahli neraka, biasanya dilakukan oleh orang yang mengatas-namakan agama dengan alasan menolong agama Allah SWT. Hal ini, sangatlah ironis karena islam dijaga langsung oleh Allah SWT. Perilaku penjastifikasian terhadap orang yang bersebrangan dengan pendapatnyan atau perilakunya, hanyalah dilakukan orang-orang yang menganggap suci dirinya sendiri sehingga mereka yakin hanya dirinya-lah yang masuk surga dan yang lainnya masuk lubang neraka. Dan lebih parahnya, mereka men-sabotase hak preogratif Allah SWT berupa penentuan takdir.


Sehingga dakwah yang seharusnya menanamkan nilai tauhid melalaui kemanusiaan, malahan dijadikan sebagai alat atau dalih untuk membunuh kemanusiaan dengan merendahkan martabat manusia melaui pembubuhan nilai tauhid itu sendiri. Tauhid merupakan ajaran sentral dan pokok dari agama yang didalamnya mengandung ajaran untuk memanusiakan manusia karena Tuhan pun memuliakan manusia. Oleh karena itu, agar dakwah sesuai dengan tujuan yang semestinya yaitu mengajak manusia pada kebaikan dapat terrealisasikan, perlu kiranya membawa nilai humanisme atau kemanusiaan yang didampingi oleh nilai tauhid dalam kegiatan dakwah.