Di kalangan Rifa’iyah, mempelajari dan menghafal nadzom kitab tarajumah karya KH. Ahmad Rifa’i telah menjadi tradisi yang mengakar kuat sehingga membentuk budaya dan peradaban Rifa’iyah yang tarajumah.
Sedini mungkin orang tua kita mengenalkan Islam kepada anak-anaknya lewat wasilah kitab nadzom tersebut. Karena selain mudah dipelajari dan dihafalkan, juga memudahkan kita untuk memahami secara utuh ajaran Islam yang bersumber dari bahasa Arab yaitu: al-Qur’an, hadist, ijma’ dan qiyas. Dengan kemudahan tersebut diharapkan agar supaya kita dapat mengamalkan Islam yang rahmatan lil alamin ini sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Sang pembawa risalah agama Islam.
Namun masalahnya, tidak banyak dari kalangan kita yang berusaha memahami dan menghayati karya-karya dari KH. Ahmad Rifa’i secara mendalam untuk menemukan bentuk dan proporsi dialog pribadi dengan kitab nadzom tarajumah beliau. Biasanya, mereka hanya sekadar mempelajari dan menghafal tanpa adanya iktikad untuk mencari dan menemukan nilai-nilai penting bahkan yang terpenting dari kandungan kitab nadzom tarajumah.
Selain kurangnya penghayatan, mungkin juga disebabkan oleh tradisi i’timad ‘alim adil’ di kalangan Rifa’iyah yang berlebihan. Padahal efek yang ditimbulkan kurang begitu menguntungkan yakni, sikap pasrah menerima apa adanya tanpa ada kesadaran untuk mengupayakan memeriksa kebenaran fatwa atau wejangannya, sebelum mempercayai dan mengikuti. Disamping itu juga keterbatasan ulama di kalangan kita yang sibuk terutama dalam segi-segi hukum agama belaka. Kalau masuk usia mukalaf, belajarlah mengucapkan syahadat dengan benar dan beribadah yang sesuai dengan rukun dan syaratnya, tanpa pernah bagaimana merespon situasi masyarakat yang sedang dihadapinya. Misalnya, tatanan ekonomi atau kerusakan lingkungan dan ekosistem. Sementara mengusahakan cara bagaimana anak-anak muda cukup punya minat untuk mempelajari kitab nadzom tarajumah susahnya bukan main.
Padahal derap zaman yang semakin gencar dan pesat itu menuntut kita untuk mencari bentuk formula dan aturan penerapannya guna merespon perubahan yang tak terelakkan. Dan itu adalah kewajiban kita, apabila jika Rifa’iyah tidak ingin punya kesan menjadi simbol ortodoksi organisasi penghambat laju perkembangan zaman.
Introspeksi untuk kenyataan tersebut ialah bagaimana mengusahakan pembenahan sikap kerifa’iyahan kita agar komunitas ini tetap patuh dan setia terhadap nilai-nilai tarajumah. Untuk sampai wujud kesetiaan itu perlu dilakukan melalui inovasi kreatif atau semacam ijtihat dari semua kalangan Rifa’iyah untuk menemukan relevansi dan hikmah yang terkandung dalam kitab nadzom tarajumah dengan realitas yang dihadapinya. Agar supaya mengalami proses peningkatan dari Rifa’iyah administratif menuju Rifa’iyah yang substantif. Atau meminjam dari istilah agamanya, dari muslim menjadi mukmin. Tidaklah salah orang yang ibadah mahdhohnya sudah mepeki rukun lan syarat, tapi masih saja sering berbuat maksiat. Melainkan sifat kadar, mutu dan intensitas ibadahnya yang mesti kita tuding.
Memang berat mempertahankan kepatuhan dan kesetiaan terhadap nilai-nilai tarajumah ditengah-tengah kesemrawutan di era milenial sekarang. Untuk itu maka dibutuhkan vitalitas dan totalitas serta kreatifitas dari kalangan Rifa’iyah agar tidak merasa asing dengan kitab nadzom tarajumah dan diri sendiri sebagai orang Rifa’iyah. Namun dengan dasar niat yang tulus dan kecintaan terhadap nilai-nilai warisan pemikiran dan perjuangan KH. Ahmad Rifa’i, maka insyaallah tidak mengenal keberatan semacam itu. Karena dengan wasilah kitab nadzom tarajumah yang sumbernya jelas dari ajaran Islam, kita dapat mencari dan berusaha menemukan jalan keberuntungan menuju ridho Tuhan.
دالني بيجا ايكو رجوع اع فعيران # اتي ككيوعان اع الله كع فريع كنوكرهان
سكوواساني عومفولكين فتاع فركراني # اسلام ايمان توحيد لن معرفتي (مصلحه)