Ditulis oleh kang Taufiq
Alhamdulillah dalam beberapa hari ini kita telah merayakan hari kemenangan(idul fitri). Namun sebelum kita menuju di hari kemenagan atau hari yang fitri, kita dihadapkan pada bulan yang suci, yaitu bulan ramadhan. Di dalam bulan tersebut, kita sudah menjalankan perintahNya yaitu berpuasa/menahan hawa nafsu selama satu hari penuh.
Tidak hanya itu, kita juga berlomba-lomba dalam memperbanyak kebaikan seperti bertadarus, taraweh dan mengikuti majlis taklim. Untuk menutup bulan yang suci tersebut, kita diwajibkan untuk mengeluarkan seklumit zakat fitrah, guna untuk mensucikan diri kita.
Tetapi tanpa kita sadari di malam yang suci tersebut(malam kemenangan), kita telah mengkotorinya lagi dengan kelakuan-kelakuan kita yang melanggar syari’at dan hukum negara, seperti bermabuk-mabukan dan tawuran sehingga menjatuhkan banyak korban. Secara tidak sadar kita telah mengkotori lagi jiwa yang telah di sucikan selama satu bulan penuh hanya dalam waktu semalam. Betapa ruginya kita, kebaikan kita selama satu bulan penuh kita hilangkan hanya dalam hitungan jam.
Lalu di mana islam kita? yang katanya agama kasih sayang. Bukankah kita sudah keluar dari misi sang kekasih kita(nabi Muhammad) yang membawa agama islam sebagai
rahmatan lil alamin, jika kita selalu menebar kebencian dan pertikaian.
Seharusnya pada malam kemenangan tersebut, kita isi dengan hal-hal yang positif dan maslahat. Seperti melestarikan budaya lama yang baik yaitu takbiran di masjid, mushola, dll. Juga dapat kita isi dengan takbir keliling sembari sowan-sowan kemasyayikh, kiyai, ustadz dan tokoh masyarakat. Mungkin itu termasuk hal yang baru, namun bernilai baik. Bukankah kita sudah sering dengar maqolah,
المحافضة على القديم الصالح والأخد بالجديد الاصلح
Artinya: Menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.
Dan dengan begitu, kita setidaknya sudah mendukung demi terwujudnya islam yang rahmatan lil alamin, sesuai misi yang diemban oleh kekasih kita(nabi Muhammad).sekian dan terima kasih.