Agama: Upaya Stabilitas Sosial

Seorang tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhannya tanpa andil orang lain. Pasalnya mereka adalah makhluk sosial yang membetuhkan uluran tangan orang lain dalam mengarungi hidup ini.

Kepentingan yang sama mendorong manusia untuk bekerja sama. Namun bagi kaum yang beragama, bukan hanya sekedar kepentingan yang menyatukan mereka, namun lebih dari itu, ikatan mereka terikat atas dasar ibadah.

Masyarakat moderen, menilai hubungan sosial mereka dengan pembagian tugas atas dasar saling menguntungkan. Jika tidak terdapat unsur menguntungkan maka secepatnya mereka meninggalkan dan berpaling kepada yang menguntungkan. Akibatnya, kesenjangan sosial dalam masyarakat moderen semakin meruncing dan melebar. Maka muncullah kepermukaan istilah, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Baca Juga: Zikir Yang Terlupakan

Kesadaran kolektif yang dimiliki oleh kaum beragama lebih luas dan mendalam, jika dibandingkan dengan kesadaran kaum moderen. Kaum beragama, dalam menjalankan interaksi sosial tidak terbatas pada hukum untung dan rugi saja, namun juga melihat moral yang berlaku dalam masyarakat. Semisal, terdapat orang yang miskin membutuhkan makanan seharga 10000 namun ia memiliki uang 5000, maka dengan senang hati bagi pedagang yang beragama untuk memberikan makanan tersebut. Hal ini, karena didasari oleh moral bermasyarakat yang sekaligus diperintahkan oleh agama untuk membantu orang yang lemah, bukan masalah untung dan rugi.

Dan kasus ini, tidak ditemukan dalam pasar moderen, seperti indomart ataupun alfamart dan mart-mart lainya, karena moral kaum moderen menyempit lebih kearah individualistik bukan atas dasar moral sosial masyarakat.(diolah dari buku tujuh teori agama oleh Daniel L. Pals)

Kesenjangan yang terjadi antara si kaya dan si miskin, agakanya disebabkan oleh pola pikir moderen yang mengedepankan kepuasan individual dan meninggalkan moral sosial. Jika kesenjangan ini terus melebar, memanjang dan menjauh, maka angka kriminalitas semakin meningkat. Pasalnya si miskin akan berbuat apapun untuk bertahan hidup tanpa memperdulikan benar dan salah.

Untuk mengantisipasi kesenjangan tersebut, agama memberikan ajaran moral kolektif demi mengupayakan stabilitas sosial. Hal ini, terlihat dalam konsep takwa yang ditawarkan oleh agama. Ketakwaan sangat penting bagi kaum beragama, karena tingkat ketakwaan seseorang mempengaruhi kemuliaanya dihadapan Allah. Perilaku takwa bukan hanya menjalankan shalat saja, namu juga menyedekahkan hartanya untuk kaum yang lemah secara ekonomi.

Oleh karena itu, sungguh ironis jika terjadi kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya dalam lingkungan masyarakat yang mengaku beragama.